{cawang,
Jakarta Timur, 10-4-2013}
Ketika
akan mencari pasangan Hidup, kita sebagai laki-laki mempunyai harapan tuk
mendapatkan istri yang sholihah, adapun untuk mendapatkan pasangan yang
Sholihah tentunya haruslah Instropeksi diri, Memperbaiki diri Keshalihan diri, Ikhtiar
itulah yang Mulia.
Terkadang
Media sekarang memudahkan kita tuk berinteraksi, Internet (facebook,
Twitter,dll) HP, BB,dll membuat kemudahan tuk berkomunikasi, tentunya itu hanya
dunia Maya, yang mana interaksi yang terjadi bukanlah realtime dan tidak nyata.
Akhlaq adalah cerminan pribadi seseorang, dalam berinteraksi Akhlaq merupakan cerminan
kepribadian seseorang.
Pengalaman
penulis pribadi sesungguhnya berkeinginan menemukan jodoh ditempat-tempat yang
Mulia, entah itu di Masjid, di pengajian, di kegiatan keagamaan dan sejenisnya.
Tapi semua aktifitas kerja dan domisili yang tidak memungkinkan. akhirnya hanya
do’a dan ikhtiar sebisanya yang dilakukan. Tentunya dengan dilandasi dengan
Niatan Awal yang TEguh dan Benar bahwa Menikah adalah syari’at yang dituntunkan
oleh yang Mulia Sauritauladan kita NAbiyulloh Rasulluloh Muhammad SAW.
Rasullulloh
mengajarkan bagaimana memilih pasangan/istri.
Dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik
perhiasan adalah wanita yang salehah” (HR. Muslim).
Seorang pria yang bijak nan pandai tentu mengidamkan
seorang calon isteri, seorang wanita yang dia yakini dapat membahagiakannya.
Dia tidak akan menjerumuskan diri ke dalam perangkap seorang wanita yang dapat
membuat lelah hidupnya, kering kerontang dari kasih sayang, serta dipenuhi
persoalan dan masalah yang membuatnya tidak merasa bahagia. Sebaliknya, dia
berusaha untuk mendapatkan wanita yang sejuk dipandangnya, lembut dibelainya,
menaunginya dengan kasih dan cinta, meredam amarah dan gejolak yang terbawa
dari luar rumah, serta mampu mendidik anak-anak buah hatinya menjadi anak yang
taat dan menyenangkan. Itulah wanita salihah, idaman dan dambaan setiap
laki-laki.
Islam, berdasarkan tuntunan dari Rasulullah saw., telah
merangkai kriteria-kriteria dari wanita yang layak menjadi pendamping hidup.
Diriwayatkan Abdullah bin Amr, Nabi saw., bersabda:
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَزَوَّجُوا النِّسَاءَ
لِحُسْنِهِنَّ فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ يُرْدِيَهُنَّ وَلَا تَزَوَّجُوهُنَّ
لِأَمْوَالِهِنَّ فَعَسَى أَمْوَالُهُنَّ أَنْ تُطْغِيَهُنَّ وَلَكِنْ
تَزَوَّجُوهُنَّ عَلَى الدِّينِ وَلَأَمَةٌ خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ دِينٍ
أَفْضَلُ
"Rasulullah:
"Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya, bisa jadi
kecantikannya itu merusak mereka. Janganlah menikahi mereka karena harta-harta
mereka, bisa jadi harta-harta mereka itu membuat mereka sesat. Akan tetapi
nikahilah mereka berdasarkan agamanya. Seorang budak wanita berkulit hitam yang
telinganya sobek tetapi memiliki agama adalah lebih utama."
(HR. Muslim)
Wanita yang cantik, rupawan, nan elok, tidak disangkal
menjadi impian dari kebanyakan pria. Sehingga, ketika wanita seperti itu
melintas di hadapannya, dapat dipastikan mata sang pria akan mengikuti
pemandangan tersebut sampai hilang di ujung jalan. Namun cukupkah kecantikan
wanita tersebut bagi dirinya untuk menjadi bahagia?
Hadis di atas mewanti-wanti pria yang tergoda oleh
kecantikan wanita seperti ini. Kecantikan bagi seorang wanita bisa
menjadi anugerah yang besar, ketika wanita tersebut mensyukurinya. Namun bagi wanita yang tidak bersyukur, dia
tidak menyadari bahwa kecantikan itu dapat melalaikannya dari agama. Mengapa?
Sebab, kecantikan akan mendatangkan pujian. Pujian itu sendiri dapat menjadi
candu yang memabukkan. Ketika seseorang dimabuk pujian, maka logika akal
sehat bisa terdegradasi (berkurang). Jika sudah demikian adanya, maka bukan
rahmah yang diperoleh oleh suaminya kelak ketika telah menikah, melainkan
fitnah. Selain itu, kecantikan seseorang bersifat sementara. Kecantikan akan
berkurang dengan bertambahnya usia. Maka seorang pria yang menikahi wanita
karena faktor kecantikan bisa jadi akan berpaling ke wanita lain yang lebih
cantik setelah kecantikan itu berkurang dari wanita pertamanya. Jika ini
terjadi, maka dimulailah episode pertengkaran dan cekcok dalam rumah tangga.
Bagaimana
dengan Isteri yang Kaya?
Mendapatkan wanita yang kaya bukan hal yang tercela. Nabi
saw., sendiri menikahi Khadijah, seorang saudagar yang kaya raya. Perkawinan
mereka langgeng dan harmonis, bahu membahu dalam bekerja dan berdakwah. Akan
tetapi, memilih untuk menikah dengan kekayaan sebagai alasan utamanya bukan
pilihan tanpa resiko. Harta kekayaan yang melimpah jika tidak disyukuri dan
tidak dimanfaatkan untuk kebaikan, justru menjadi ‘bumerang’ bagi pemiliknya.
Allah berfirman:
Dan
(ingatlah), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrahim: 14).
Ayat
ini berlaku umum untuk pria dan wanita. Plus minus dari kekayaan adalah ia
dapat menjadi alat dan sarana untuk mendatangkan kebaikan yang lebih banyak
sekaligus dapat menjadi penyebab dari kedurhakaan. Sebab banyaknya nikmat
yang diperoleh seseorang dari Allah swt., berimplikasi seimbang dengan tingkat
rasa syukurnya kepada Allah. Karena itu, Nabi saw., mengajarkan doa :
“Ya Allah, curahkanlah kepada kepada kami rasa
takut kepada-Mu yang menghalangi kami dari bermaksiat kepadaMu, dan ketaatan
kepada-Mu yang mengantarkan kami kepada SurgaMu, dan curahkanlah keyakinan yang
meringankan musibah di dunia. Berilah kenikmatan kami dengan pendengaran kami,
penglihatan kami, serta kekuatan kami selama kami hidup, dan jadikan itu
sebagai warisan dari kami, dan jadikan pembalasan atas orang yang menzhalimi
kami, dan tolonglah kami melawan orang-orang yang memusuhi kami, dan janganlah
Engkau jadikan musibah kami pada agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia
sebagai impian kami terbesar, serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta
jangan engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami”.
(HR. Turmuzi)
Pilihlah
Muslimah Sejati
Sebagaimana halnya muslim sejati, muslimah sejati adalah wanita
yang menjalankan perannya dalam kehidupan ini sesuai dengan ajaran Islam.
Kekayaan dan kecantikan sama sekali tidak terkait dengan kesejatian seorang
muslimah. Yang terpenting adalah bahwa wanita memiliki peran yang sama
pentingnya dengan pria dalam mengarungi samudera kehidupan ini, dalam membina
anak, menegakkan syiar Islam, atau mengamalkan Islam secara keseluruhan.
Wanita
salihah sesungguhnya adalah seorang muslimah sejati. Dia mematuhi dan mentaati
suaminya sepenuh kepatuhan dan ketaatan dalam rel dan koridor agama. Dia
mencintai suami dan anak-anaknya sebagai bagian dari cintanya kepada Allah.
Maka ketika suaminya khilaf dan menyimpang dari ajaran agama, dialah yang
pertama menegurnya dengan cara yang halus, yang tidak menyinggung perasaan
suaminya. Ketika suaminya giat dalam bekerja dan berdakwah, sang isteri berperan
sebagai “amunisi dan bahan bakar” yang memotivasi dan mensupport secara
maksimal.
Wanita
yang salihah, tidak membiarkan hatinya ditumbuhi benih pengkhianatan dan
penyelewengan. Dia menutup hati dan qalbunya rapat-rapat tanpa celah dari
kekaguman dan pesona pria selain suaminya. Bahkan kalau boleh dia meminta
kepada Allah kiranya ruhnya dicabut dalam kesetiaan dan cintanya, mendahului
suaminya. Karena dia tidak ingin kalau suaminya yang meninggal terlebih dahulu,
akan datang berbagai godaan yang merusak cinta dan setianya kepada suami.
Ciri
Utama Isteri Salihah
Lalu,
apa ciri-ciri utama dari seorang isteri yang salihah? Nabi saw., memberikan
keterangan sebagai berikut:
“Maukah
aku beritahukan kepadamu tentang sebaik-baik harta pusaka seseorang? Yaitu wanita shalehah
yang menyenangkan jika dipandang, yang taat padanya jika disuruh, yang bisa
menjaganya jika ditinggal pergi.” (HR. Abu Daud dan al-Hakim dari Umar
ra.)
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ سُئِلَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ
الَّذِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ
فِيمَا يَكْرَهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ
Dari
[Abu Hurairah]; Rasulullah: "Wanita yang bagaimana yang paling baik?"
Beliau menjawab: "Jika ia dipandang selalu menyenangkan, jika diperintah
taat, dan tidak menyelisihinya terhadap perkara yang ia benci bila terjadi pada
dirinya (istri) atau hartanya (suami)."
Dari
hadis di atas, disebutkan minimal 3 (tiga) ciri wanita (isteri) salihah, yaitu:
1. Menyenangkan jika
dipandang. Tidak harus cantik nan rupawan
bagi seorang wanita untuk menyenangkan orang yang memandangnya. Kalau jiwanya
dipenuhi keikhlasan, rasa percaya dan yakin bahwa Allah menjaganya selama dia
taat, hatinya penuh dengan praduga baik (husnuzhzhann), maka batinnya
memancarkan sinyal-sinyal kasih sayang yang menyentuh hati orang yang
memandangnya, tanpa menimbulkan niat buruk. Itulah qurratu ‘ain, istilah al-Qur’an bagi isteri
dan anak-anak saleh yang menjadi penyejuk mata bagi suami atau ayahnya. Sekali
lagi, bukan kecantikan fisik yang menyenangkan untuk dipandang, tetap keindahan
batin.
2. Taat jika disuruh.
Seorang pria yang bijak, tidak memperlakukan isterinya bagaikan pembantu atau
pelayannya. Maka adalah sikap dan anggapan keliru dari “perkumpulan
suami-suami” yang atas nama agama, menginginkan ketaatan dari seorang isteri,
layaknya ketaatan atasan terhadap bawahan, atau majikan terhadap buruhnya.
Ketaatan yang dimaksudkan dan diinginkan di sini adalah ketaatan yang
proporsional bagi seorang isteri dan ibu rumah tangga yang terhormat. Seorang
suami yang meminta dibuatkan the buatan tangan isterinya wajar dan wajib
ditaati. Namun jika suami menyuruh isteri untuk mengepel dan membersihkan
rumah padahal dia mempunyai atau mampu membayar pembantu, maka ketaatan yang
diminta suami di sini adalah ketaatan yang berlebihan.
3. Menjaga amanah
rumah tangganya saat ditinggal pergi. Amanah yang harus dijaga wanita terhadap
suaminnya tidak lain adalah kehormatan dirinya sendiri, harta suaminya, serta
anak-anaknya. Terkadang hal ini menjadi sesuatu yang berat bagi seorang wanita.
Adakalanya, karena suatu tugas, seorang suami harus pergi ke luar kota atau ke
luar negeri untuk beberapa lama. Di sinilah godaan yang berat bagi seorang
wanita. Jika ia mampu menjaga amanah tersebut, maka inilah profil wanita ahli
surga.
Maka engkau wahai
wanita muslimah, jadilah isteri yang salihah bagi suamimu. Jadilah ibu yang
penyayang bagi anak-anakmu, dan jadilah anak yang berbakti bagi kedua orang
tuamu. Maka engkau akan hidup terhormat di dunia, dan menjadi idola di akhirat
kelak.
Semoga
bermanfaat buat saya pribadi dan anda sekalian. Amin
No comments:
Post a Comment