Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari susah dan sedih, lemah dan malas, takut dan kikir, serta tertekan hutang dan penindasan orang lain
Dalam pandangan
Islam, bekerja merupakan suatu tugas yang mulia, yang akan membawa diri
seseorang pada posisi terhormat, bernilai, baik di mata Allah SWT maupun di
mata kaumnya. Oleh sebab itulah, Islam menegaskan bahwa bekerja merupakan
sehuah kewajiban yang setingkat dengan Ibadah. Orang yang bekerja akan mendapat
pahala sebagaimana orang beribadah. Lantaran manusia yang mau bekerja dan
berusaha keras untuk menghidupi diri sendiri dan keluarganya, akan dengan
sendirinya hidup tentram dan damai dalam masyarakat . Sedangkan dalam pandangan
Allah SWT, seorang pekerja keras (di jalan yang diridhai Allah tentu lebih
utama ketimbang orang yang hanya melakukan ibadah (berdo’a saja misalnya),
tanpa mau bekerja dan berusaha, sehingga hidupnya melarat penuh kemiskinan.
Orang-orang yang
pasif dan malas bekerja, sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka telah
kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan
kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah SAW amat prihatin terhadap para
pemalas. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Abu Dawud dikisahkan, bahwa pada
suatu hari beliau menjumpai seorang sahabat sedang duduk bersimpuh di dalam
masjid, ketika semua orang sedang giat bekerja. Maka Beliaupun bertanya:
”Mengapa engkau berada dalam masjid di luar waktu shalat, wahai Abu Umamah?”
Abu Umamah menjawab: ”Saya bersedih lantaran banyak hutang, wahai Rasulullah”.
Lantas beliau bersabda: ”Mari Aku tunjukkan kepadamu beberapa kalimat, dan jika
engkau membacanya, Allah akan menghapus kesedihanmu dan menjadikan hutangmu terbayar.
Bacalah pada waktu pagi dan sore.”
Do’a tersebut, yang
artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari susah dan sedih, lemah dan
malas, takut dan kikir, serta tertekan hutang dan penindasan orang lain”. (HR.
Bukhari)
Selang beberapa
waktu, ketika Rasulullah bertemu kembali dengan Abu Umamah, ternyata ia sudah
menjadi orang yang periang dan tidak nampak lagi bersedih hati, sementara
hutangnyapun sudah dilunasinya.
Lunasnya hutang Abu
Umamah itu, secara logika tentunya berkat kerja keras yang dilakukan oleh Abu
Umamah itu sendiri, lantaran rasa malas, lemah, jengkel dan sedih yang selama
ini melingkupi dirinya telah terusir digantikan oleh semangat dan daya juang
yang keras untuk bekerja dan berusaha dalam rangka melunasi seluruh
hutang-hutangnya. Jadi mustahil harta atau uang pembayar hutang itu datang
dengan sendirinya, jika yang bersangkutan tetap berpangkutangan.
Dalam Firman Allah
SWT, yang artinya: “Dialah Dzat yang telah menjadikan bumi itu mudah bagimu,
maka berjalanlah di segala penjurunva dan makanlah sebagian rezki-Nya. Dan
hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Q.S AI-MuIk
(67):15)
“Dan Kami jadikan
padanva kebun-kebun korma dan anggur, dan Kami pancarkan padanya beberapa mata
air, supava mereka dapat makan dari buahnva, dan dari apa yang diusahakan oleh
tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?” (Q.S Yaasin(36): 34-35)
”Sesungguhnya mereka
yang beriman dan beramnal shaleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan
pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik”. (Q.S
Al-Kahfi(18): 30)
”Maka apabila telah
dilaksanakan shalat, bertebaranlah kam di muka bum; dan carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Q.S. Al-Jumu’ah (62):
10)
”Dan Allah menjadikan
bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di
bumi ini”. (Q.S Nuh:(71):19-20)
Menyimak beberapa
ayat di atas, maka kini menjadi jelas, bahwa setiap Muslim sesungguhnya
dituntut untuk bekerja keras, dan disarankan untuk menjelajahi bumi Allah yang
maha luas ini, dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, mencari rejeki,
menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan agar dapat rnencapai kemuliaan hidup
baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Adapun mengenai
keutamaan bekerja dan keutamaan orang yang giat bekerja keras dijelaskan juga
dalam beberapa hadits, yakni sebagai berikut:
”Siapa saja pada
malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia
diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas)
”Siapa saja pada sore
hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani
dan lbnu Abbas)
”Tidak ada yang lebih
baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil
usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud as, selalu
makan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari)
makan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari)
”Sesungguhnya di
antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”.
Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR.
Bukhari)
”Apabila kamu selesai
shalat fajar (shubuh), maka janganlah kamu tidur meninggalkan rejekimu”. (HR.
Thabrani)
”Berpagi-pagilah
dalam mencari rejeki dan kebutuhan, karena pagi hari itu penuh dengan berkah
dan keherhasilan.” (HR. Thabrani dan Barra’)
“Sesungguhnya Allah
Ta‘ala suka melihat hamba-Nya bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal”.
(HR. Dailami)
“Sesungguhnya
seseorang di antara kamu yang berpagi-pagi dalam mencari rejeki, memikul kayu
kemudian bersedekah sebagian darinya dan mencukupkan diri dari (meminta-minta)
kepada orang lain, adalah lebih baik ketimbang meminta-minta kepada seseorang,
yang mungkin diberi atau ditolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Sebaik-baik nafkah
adalah nafkah pekerja yang halal.” (HR. Ahmad)
“Sesungguhnya Allah
SWT sangat menyukai hamba-Nya yang Mukmin dan berusaha”. (HR. Thabrani dan
Baihaqi dari lbnu ‘Umar)
”Barangsiapa yang
bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang
dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)
Ada satu hadits yang
sangat menarik, yang meriwayatkan bahwa, pada suatu ketika Rasulullah SAW
mengangkat dan mencium tangan seorang lelaki yang sedang bekerja keras. Lantas
beliau bersabda: “Bekerja keras dalam usaha mencari nafkah yang halal adalah
wajib bagi setiap musalim dan muslimah”.
Semua hadist yang
disebutkan di atas bermakna memotivasi, memberi dorongan dan semangat kepada
kaum Muslimin untuk giat bekerja dalam memenuhi kebutuhan hidup diri dan
keluarganya, agar tidak menjadi hina lantaran membebani orang lain dengan
menjadi parasit.
Sesungguhnya
sebaik-baik makanan dan seseorang, adalah makanan dari hasil keringatnya
sendiri lantaran penuh dengan berkah Allah SWT, yang akan menumbuhkan
kehormatan diri serta menjauhkannya dari kehinaan hidup.
Lain lagi dengan satu
riwayat yang menyatakan bahwa pada suatu ketika Ali bin Abi Thalib ra, diminta
oleh seseorang untuk mendoakannya agar banyak rejeki. Namun Ali ra menolak dan
malah berkata: “Saya tidak akan mendo’akanmu. Tapi carilah rejeki sebagimana
telah diperintahkan Allah Azza Wa Jalla kepadamu”.
Para Nabi Allah SWT adalah Pekerja Keras
Para Nabi yang
merupakan manusia-manusia terbaik pilihan Allah SWT, termasuk ke dalam kelompok
orang-orang yang selalu bckerja keras, baik dalam mencari nafkah untuk diri
sendiri dan keluarganya, maupun untuk dijadikan teladan dan panutan bagi
kaumnya.
Nabi Daud as adalah salah satu pengrajin daun kurma yang getol bekerja. Dan menurut sebuah riwayat dari Hasyam bin ‘Urwah dari ayahnya, ketika Nabi Daud as berkhutbah, tanpa rasa sungkan beliau menyatakan dirinya sebagai pengrajin daun kurma untuk dibuat keranjang atau lainnya. Bahkan kemudian beliau memberi saran kepada seseorang yang kebetulan sedang menganggur, untuk membantunya menjualkan hasil pekerjaan tangannya itu.
Nabi Daud as adalah salah satu pengrajin daun kurma yang getol bekerja. Dan menurut sebuah riwayat dari Hasyam bin ‘Urwah dari ayahnya, ketika Nabi Daud as berkhutbah, tanpa rasa sungkan beliau menyatakan dirinya sebagai pengrajin daun kurma untuk dibuat keranjang atau lainnya. Bahkan kemudian beliau memberi saran kepada seseorang yang kebetulan sedang menganggur, untuk membantunya menjualkan hasil pekerjaan tangannya itu.
Nabi Idris as adalah
penjahit, yang selalu menyedekahkan kelebihan dari hasil usahanya setelah
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang sangat sederhana.
Nabi Zakaria as
adalah tukang kayu. Sementara Nabi Musa as adalah seorang pengembala. Sedang Nabi
Muhammad SAW pedagang, bahkan pekerjaan berdagang itu dilakukannya setelah ia
bekerja sebagai penggembala domba milik orang-orang Makkah.
Sabda Rasulullah SAW:
“Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali dia adalah pengembala domba”.
Para sahabat pun bertanya: “Bagaimana dengan engkau, wahai RasululIah?”. Beliau
menjawab: “Ya, akupun pernah mengembala domba milik orang Makkah dengan upah
beberapa Qirat”. (HR. Bukhari)
Dalam sabdanya yang
lain: “Adam adalah seorang petani, Nuh adalah seorang tukang kayu. Daud adalah
pembuat baju besi. Idris adalah seorang penjahit. Dan Musa adalah pengembala”.
(HR Hakim)
Bekerja Adalah
Sabilillah
Dalam suatu riwayat
dinyatakan bahwa; pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW sedang berjalan
bersama dengan para sahahat, tiba-tiha mereka menyaksikan seorang pemuda yang
nampak gagah perkasa sedang bekerja keras membelah kayu bakar. Dan para sahahat
pun berkomentar: “Celakalah pemuda itu. Mengapa keperkasaannya itu tidak
digunakan untuk Sabilillah (jalan Allah)?” Lantas, Rasulullah SAW bersabda
“Janganlah kalian berkata demikian. Sesungguhnya bila ia bekerja untuk
menghindarkan diri dari meminta-minta (mengemis), maka ia berarti dalam
Sabilillah. Dan jika ia bekerja untuk mencari nafkah serta mencukupi kedua
orang tuanya atau keluarganya yang lemah, maka iapun dalam Sabilillah. Namun
jika ia bekerja hanya untuk bermnegah-megahan serta hanya untuk memperkaya
dirinya, maka ia dalam Sabilisy syaithan (jalan setan)”.
Dengan menyimak
riwayat hadist tersebut di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
baik atau buruknya serta halal atau haramnya suatu pekerjaan, ternyata
ditentukan dari niatnya. Jika kita bekerja dengan maksud untuk menghindarkan
diri dari pengangguran misalnya, maka pekerjaan itu baik dan halal. Namun jika
tujuan kita bekerja hanya untuk mencari harta serta memperkaya diri sendiri,
maka pekerjaan yang kita lakukan itu merupakan pekerjaan hina dan haram,
sehingga wajib dijauhi.
Sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya Allah cinta kepada hamba-Nya yang mempunyai hutang usaha, dan
siapa saja yang bersusah payah serta bekerja keras mencari nafkah untuk
keluarganya, lantaran mereka seperti Fi Sabilillah (pejuang dijalan Allah)
‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad).
Sumber
:
- Al ’Amal Fil Islam karya Izzuddin Khatib At Tamimi (terj.) Bisnis Islam, alih bahasa H. Azwier Butun,
- Al ’Amal Fil Islam karya Izzuddin Khatib At Tamimi (terj.) Bisnis Islam, alih bahasa H. Azwier Butun,
- Penerbit PT Fikahati Aneska Jakarta
http://suryadhie.wordpress.com/2007/07/04/agama-artikel-islam-ibadah-umum/
No comments:
Post a Comment